Apa yang Dirasakan Seorang dengan Anxiety?

Diposting pada
banner 336x280

Pernahkah kamu merasa dunia disekelilingmu bergerak semakin cepat, namun rasa takut bercampur aduk didalam dirimu yang sulit dijelaskan? Begitulah cara hidup dengan kecemasan.

1. Rasa Kuatir yang Muncul Tanpa Alasan

Bayangkan duduk di ruangan yang tenang, tanpa ada ancaman apapun, tapi dadamu terasa sesak, jantungmu berdegup cepat, dan pikiranmu dipenuhi skenario buruk yang bahkan tidak masuk akal. Itulah yang kerap kali saya alami. Kadang-kadang, rasa cemas datang terus-menerus, tanpa ada alasan yang jelas. Sepertinya ada tombol yang mengaktifkan alarm di dalam kepala saya, namun hakikatnya tidak ada bahaya nyata.

2. Berpikir Terlalu Membesarkan Energi

Bagi saya, berpikir terlalu dalam adalah bagian dari kehidupan sehari-sehari. Saya sering memikirkan kembali percakapan sederhana, khawatir apakah saya mengatakan sesuatu yang salah. Bahkan, keputusan kecil seperti memilih baju atau membalas pesan bisa membuat saya ragu dan takut. Pikiran-pikiran ini seperti lingkaran tak berujung yang melelahkan secara emosional dan fisik.

3. Kejangganaan Berlebihan pada Penolakan

Saat anxiety menyerang, hal kecil seperti ekspresi wajahnya bisa terasa seperti kritik tajam. Saya sering merasa tidak cukup baik atau takut mengecewakan orang lain. Ketakutan akan penolakan atau gagal menjadi “sempurna” membuat saya mundur dari situasi sosial, bahkan ketika saya sebenarnya sangat ingin terlibat.

4. Gejala Fisik yang Jelas

Griewa tidak hanya pada pikiran saja. Salahnya dapat terasa dengan sangat kuat pada tubuh: dada terasa sesak, tangan berkeringat, kepala terasa berputar-putar, dan seringnya sulit bernapas. Ada kalanya saya merasa seperti sedang mengalami serangan jantung, padahal itu hanya serangan panik. Ketika tubuh dan pikiran terasa “berperang” seperti ini, rasanya sulit untuk fokus pada hal lain.

5. Rasa Malu dan Ragu untuk Meminta Bantuan

Saya dulu merasa malu untuk berbicara tentang apa yang saya rasakan. Ketika saya mencoba menjelaskan kepada orang lain, sering kali responsnya adalah, “” Kamu terlalu banyak berpikir,”” atau “” Santai saja, jangan dipikirkan.”” Padahal, kalau bisa tidak memikirkannya, saya pasti sudah melakukannya. Dukungan yang tepat dari orang-orang di sekitar sangat membantu saya untuk mulai membuka diri.

5. Anggaplah itu trauma kecil: Melihat gangguan tersebut cukup ringan, bukan bahaya.

Menghadapi cemas bukanlah perjalanan yang mudah, tapi saya belajar bahwa itu bukan akhir dari segalanya. Berikut beberapa hal yang membantu saya:

1. Melatih Kesadaran: Saya mencoba untuk lebih terfokus pada momen saat ini. Teknik pernapasan sederhana membantu saya merasa lebih tenang saat datangnya cemas.

2. Berbicara dengan Orang yang Percaya: Saya telah belajar untuk tidak menyimpan segalanya sendiri. Berbagi dengan teman, keluarga, atau terapis memberikan rasa lega.

3. Menerima Kekurangan Diri: Saya berusaha mengakui bahwa tidak semua hal harus sempurna. Terkadang, melakukan yang terbaik sudah cukup.

4. Mengurangi Beban Pikiran: Membuat jurnal membantu saya menuliskan kekhawatiran yang ada di kepala. Dengan menulisnya, kekhawatiran itu terasa lebih terorganisir dan tidak terlalu menakutkan.

Kecemasan bukanlah sesuatu yang bisa hilang dalam semalam. Itu adalah perjalanan panjang untuk memahami diri sendiri dan belajar cara menghadapinya. Jika kamu juga merasakannya, ketahuilah bahwa kamu tidak sendiri. Penting untuk memberi diri sendiri ruang dan waktu untuk tumbuh, serta tidak ragu meminta bantuan jika diperlukan. Kita semua berjuang, dan tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *