Wabah Antraks dan Streptococcus Suis Melanda Thailand: Mengungkap Asal-usulnya

Diposting pada


News Update Group

– Pemerintah Thailand telah menerbitkan peringatan tentang epidemi Antrax dan Streptococcus suis yang dapat menimbulkan kehilangan pendengaran karena demam berlebihan. Epidemi Antrax serta Streptococcus suis ini di negara tersebut dipicu oleh bakteri Bacillus Anthracis.

Pihak berwenang di Thailand terus mengawasi semua area terkait 636 individu yang dilaporkan memiliki interaksi langsung dengan penderita penyakit ini. Di antara mereka, sebanyak 538 orang sudah berhasil menjalani masa pengamatan mandatori satu minggu akibat gejala-gejala yang mencolok pada kulit serta sistem pencernaan.

Sebanyak 98 individu yang tertinggal masih berada di bawah pantauan medis dan diberikan terapi preventif dengan obat doxycycline. Petugas kesehatan dari daerah Mukdahan sudah menemukan tiga insiden penyakit antraksis; salah satu pasiennya tidak bertahan hidup sementara kedua pasien sisanya tengah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit lokal.

Menteri Kesehatan Masyarakat Somsak Thepsuthin menyebut adanya kasus kematian disebabkan oleh antraksis dan penyakit “demam tuli” yang berhubungan dengan pemanfaatan daging babi mentah. Dia menjelaskan bahwa “Thailand sudah menerbitkan peringatan kesehatan tingkat negara setelah insiden antraksis dan Streptococcus suis, yaitu jenis infeksi bakteria populer di daerah tersebut sebagai ‘demam tuli’, diketahui berasal dari penggunaan atau penanganan daging babi mentah,” katanya.

Menurut Somsak Thepsuthin, Antraks, yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus anthracis, umumnya tersebar melalui paparan pada hewan sakit atau lingkungan yang telah tercemar. Menular dari manusia ke manusia bukanlah ciri khas penyakit ini.

“Spora bakteri yang sangat tahan lama bisa bertahan dalam kondisi ekstrem hingga beberapa dekade. Para pejabat kesehatan menyarankan agar publik hanya memakan daging sapi yang sudah dimasak dengan baik serta menghindari konsumsi daging mentah atau setengah masak,” ungkap Somsak Thepsuthin.

Menurut Somsak Thepsuthin, peningkatan infeksi Streptococcus suis di Provinsi Phrae menghasilkan 14 kasus yang terbukti positif. “Setidaknya ada dua orang meninggal,” ujar Somsak Thepsuthin.

Penyakit bakteri itu, yang disebut sebagai “demam tuli” lantaran bisa menimbulkan hilangnya pendengaran tetap, sudah ditautkan pada pemasukan makanan berupa daging babi mentah khas seperti larb moo dan gado-gado daging babi cincang pedas. Sebagian besar pasien belakangan ini memakan daging babi dalam kondisi belum matang, lebih-lebih lagi larb moo,” jelas Somsak Thepsuthin.

Somsak Thepsuthin menasihati orang-orang yang mengidap demam tinggi serta sakit pada otot, khususnya bila ada kemungkinan telah menyentuh atau mengonsumsi daging babi mentah, untuk segera mendapatkan layanan kesehatan. Dia menjelaskan bahwa penanganan cepat amatlah vital lantaran infeksi dari bakteri Streptococcus suis bisa berujung pada hilangnya fungsi pendengaran secara permanen apabila tak ditindaklanjuti dengan pengobatan. Begitu tutur Somsak Thepsuthin.

Somsak Thepsuthin menyebutkan bahwa proses koordiasi antar-lembaga saat ini tengah berlangsung guna mengevaluasi kondisi terkini serta meredam keraguan masyarakat, dan informasi yang diupdate secara bertahap akan disampaikan sesuai kemajuan penyelidikan.

Pada saat yang sama, petugas kesehatan secara berkelanjutan mengingatkan tentang pentingnya keselamatan makanan serta pemrosesan daging dengan benar sebagai upaya primer dalam rangka mencegah penyebarannya lebih jauh. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *